BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Vertikultur
Pertanian
secara luas artinya campur tangan manusia dalam mengolah sumber daya alam untuk
diambil manfaatnya bagi kehidupan manusia.
Secara sempit, pertanian dapat dikatakan suatu siklus pengolahan
(pembudidayaan) sumber daya alam oleh manusia khususnya dalam bidang pengolahan
sumber daya tanaman. Adapun
bidang-bidang pertanian secara luas mencakup bidang pembudidayaan tanaman
pangan, tanaman hortikultura (tanaman pekarangan), tanaman perkebunan, bidang
kehutanan, bidang peternakan & bidang perikanan. Pertanian bidang tanaman pangan dan
hortikultura merupakan pembudidayaan jenis-jenis tanaman pangan (palawija) dan
tanaman-tanaman hortikultura baik tanaman buah-buahan, tanaman hias, tanaman
obat-obatan dan tanaman sayuran agar diperoleh hasil yang diinginkan sesuai
jenis tanaman tersebut.
Tujuan
dari pertanian ini ialah memenuhi kebutuhan manusia sehari-hari dengan tetap
berpikir selektif dalam mengelola sumber daya alam yang ada. Dalam pencapaian tujuan pertanian perlu
adanya bekal pengetahuan dan keterampilan untuk menunjang keseluruhan proses
budidaya tanaman diantaranya, persiapan lahan, persiapan benih atau bibit,
penanaman, pemeliharaan tanaman serta pemanenan hasil pertanian.
Proses
budidaya tanaman tersebut sangat menentukan baik buruknya suatu kualitas produk
yang dihasilkan. Semakin baik dalam
proses budidaya tanaman maka produk yang dihasilkan semakin berkualitas dan
begitu juga sebaliknya proses budidaya yang kurang baik akan mengakibatkan
penurunan kualitas. Baik buruknya
kualitas sangat ditentukan oleh keadaan lahan penanaman, proses penanaman dan
pemeliharaan.
Faktor
yang mempengaruhi proses pertanian salah satunya adalah ketersediaan
lahan. Kendala pada saat ini dalam proses budidaya
suatu jenis tanaman baik di lahan penanaman atau perkarangan rumah adalah
terbatasnya lahan, terutama di perkotaan.
Umumnya lahan perkarangan yang tersedia di perkotaan hanya beberapa
meter persegi. Bahkan terkadang sisa
lahan tersebut sudah habis terpakai
untuk parkir kendaraan atau untuk meletakkan beberapa pot tanaman hias.
Vertikultur
merupakan upaya pemanfaatan
lahan sempit dengan seoptimal mungkin.
Selain pemanfaatan lahan yang sempit, teknik bercocok tanam secara
vertikultur mampu menghasilkan tanaman yang berkualitas sesuai dengan kualitas
pembudidayaan pada tanaman itu sendiri.
Sehingga teknik bercocok tanam secara vertikultur dapat direalisasikan
dalam pertanian masa kini.
Pada
teknik ini tanaman ditanam secara bertingkat atau vertikal dengan bantuan media
tanam berupa pipa paralon atau bahan-bahan lainnya yang tersedia dan mampu
menunjang pertumbuhan tanaman ke arah samping.
Budidaya vertikultur hidroponik
merupakan salah satu perkembangan teknologi budidaya
pertanian cara hidroponik dengan membuat instalasi (vertikal) dengan perawatan
otomatis. Teknik penanaman dengan cara ini merupakan
inovasi dalam bidang pertanian yang mampu secara konsisten memproduksi tanaman
dengan tidak bergantung pada tanah, dan
cuaca.
1.2. Sejarah Singkat Vertikultur
Vertikultur diserap dari bahasa Inggris yang berasal
dari kata "vertical" dan "culture" yang artinya, teknik
budidaya tanaman secara vertikal, sehingga penanamannya menggunakan sistem
bertingkat. Teknik ini berawal dari
gagasan "vertical garden" yang dilontarkan oleh sebuah perusahaan
benih di Swiss, sekitar tahun 1945 yang lalu.
Tujuan utama aplikasi teknik vertikultur adalah memanfaatkan lahan
sempit seoptimal mungkin (Agus Andoko, 2004).
BAB II
JENIS
TANAMAN YANG DAPAT DIBUDIDAYAKAN DENGAN VERTIKULTUR
Pada sistem budidaya vertikultur tidak semua jenis
tanaman dapat dibudidayakan, namun terbatas pada tanaman yang bentuk dan
ukurannya sesuai dengan media tanam.
Tanaman yang sesuai dibudidayakan dengan cara
vertikultur adalah jenis tanaman sayur-sayuran, tanaman hias, dan tanaman
obat-obatan yang memiliki perakaran yang dangkal dan memiliki berat yang
relatif ringan sehingga tidak akan terlalu membebani media tanam vertikultur
pada pertumbuhan tanaman tersebut.
Sebagai salah satu contoh tanaman sayuran yang dapat
dibudidayakan secara vertikultur adalah tanaman selada (Lactuca sativa
var. Crispo) yang merupakan jenis
sayuran daun. Tanaman selada memiliki karakteristik yang menunjang penanamannya
dalam teknik vertikultur. Tanaman selada
memiliki sistem perakaran akar tunggang dan cabang-cabang akar yang menyebar ke
semua arah tanaman pada kedalaman yang dangkal.
Batang tanaman selada berukuran pendek berbuku-buku tempat kedudukan
daun sehingga beratnya juga tidak akan terlalu membebani media tanam.
Selada belum banyak membudaya pengembangannya, tetapi
prospek ekonominya cukup cerah.
Permintaan komoditas selada terus meningkat, diantaranya dari pasar
swalayan, restauran-restauran besar, ataupun hotel-hotel berbintang lima. Selada berpotensi besar untuk dikembangkan di
Indonesia karena disamping kondisi iklimnya cocok untuk tanaman selada, juga
memberikan keuntungan yang memadai bagi pembudidayanya. Seperti halnya sayuran daun lainnya selada
umum dimakan mentah sebagai lalapan dan dibuat salad atau disajikan dalam
berbagai masakan Eropa maupun Cina.
Selain sebagai bahan sayuran yang cita rasanya khas, selada mengandung
gizi cukup tinggi, terutama sumber mineral.
Komposisi
Gizi Selada :
- Kalori 15,00 kal
- Protein 1,20 gr
- Lemak 0,20 gr
- Karbohidrat 2,90 gr
- Kalsium 22,00 mg
- Fosfor 25,00 mg
- Zat Besi (Fe) 0,50 mg
- Vitamin A 540,00 S.I
- Vitamin B1 0,04 mg
- Vitamin C 8,00 mg
- Air 94,80 gr
Mengkonsumsi
selada dan berfungsi ganda, yakni sebagai bahan pangan bergizi dan berguna
untuk mendinginkan perut. Hippocrates
termasuk salah seorang yang menganjurkan selada sebagai makanan pemeliharaan
kesehatan tubuh manusia.
BAB III
PRINSIP KERJA VERTIKULTUR
Prinsip kerja vertikultur dalam budidaya tanaman ini
adalah dengan menyuplai air nutrisi melalui saluran pemasukan kemudian
dialirkan ke atas bagian batang vertikal melalui nozel agar keluar berupa
hembusan/curah. Air nutrisi kembali ke bagian bawah secara circel/berputar.
Pengaturan jangka waktu aliran air dikendalikan oleh unit timer yang bekerja
tanpa kenal lelah sepanjang hari selama berlangsungnya masa penanaman. Untuk
memperkokoh tanaman, digunakan arang sekam yang berfungsi sebagai media tumbuh
tanaman selain itu arang sekam juga berfungsi
untuk menetralisir racun. Namun karena arang sekam bersifat mudah
terbawa oleh air, maka digunakan kasa parabola untuk menahan arang sekam
tersebut.
Tanaman menyerap makanan pada umumnya melalui akar
karena itu nutrisi atau bahan gizi disediakan melalui air yang kemudian akan
diserap oleh akar. Berbeda dengan pemupukan di dalam tanah, dimana tanah
merupakan media tanam yang juga menjadi mediator reaksi kimia, dalam sistem vertikultur
pupuk diformulasikan sebagai bahan jadi yang langsung terurai menjadi makanan
akar.
BAB IV
TATACARA BUDIDAYA MENGGUNAKAN VERTIKULTUR
Pembuatan Instalasi Vertikultur
Membuat instalasi vertikultur hidroponik untuk ukuran dapat disesuaikan dengan
kebutuhan dan bahan yang tersedia, alat dan bahan yang diperlukan diantaranya:
§ Pipa PVC ukuran 4 inci
|
§ Gergaji Besi
|
§ Pipa PVC ukuran ¾ inci
|
Ploksock 4 inci
|
§ Letter L 4 inci
|
§ Pompa air 125 W
|
§ Letter T 4 inci
|
§ Unit timer 10 menit
|
§ Letter L ¾ inci
|
§ Bibit tanaman
|
§ Letter T ¾ inci
|
§ Meteran
|
§ Water moor 1 inci
|
§ Kasa parabola
|
§ Stop keran
|
§ Arang sekam
|
§ Nozzle
|
§ Water moor ¾ inci
|
§ Lem paralon
|
§ Ploksock 1 inci ke ½ inci
|
Pertama-tama buatlah potongan pipa
PVC berukuran 4 inci sesuai dengan kebutuhan sebanyak beberapa buah. Potongan pipa
PVC peruntukan media tanam tiang vertikal dibuatkan lubang-lubang diameter ¾
inci dengan jarak vertikal 12 cm setiap lingkaran 4 lubang untuk cincin dari
pipa PVC diameter ¾ inci untuk menyimpan
tanaman. Kemudian sambungkan pada setiap Letter-L dan T sehingga membentuk
bejana berhubungan. Lakukan pada mulut Letter-T yang menghadap ke atas untuk
disambungkan dengan pipa PVC vertikal sebagai media tanam. Buat saluran
pemasukan dari bawah menggunakan pipa PVC yang dihubungkan dengan unit pompa
air listrik.
Persiapan Bibit
Bibit yang digunakan
adalah bibit jenis tanaman
yang memiliki perakaran
yang dangkal dan memiliki berat yang relatif ringan yang telah cukup umur setelah semai
dengan ukuran dan tinggi yang seragam.
Penanaman
Penanaman
dilakukan serempak untuk mendapat pertumbuhan tanaman yang seragam. Penanaman pada teknik
vertikultur disesuaikan dengan lubang tanam yang telah dibuat. Benih
yang telah diseleksi diambil dan dimasukan pada lubang bangunan vertikultur
yang telah disiapkan berukuran ½ inci.
Pemeliharaan
Pemeliharaan
tanaman dimulai dengan dilakukannya penyulaman bibit yang tumbuhnya terlambat atau mati. Penyulaman dilakukan
pada umur 5 hari setelah tanam sampai 7 hari setelah tanam. Penyulaman ini dilakukan agar mendapatkan
keseragaman tumbuh tanaman.
Pemeliharaan
selanjutnya yaitu pemupukan dan
penyiraman dengan foliar application (pupuk
dilarutkan dalam air dan disuntikkan ke dalam media tumbuh tanaman) menggunakan
nutrisi tanaman dengan dosis 1 kg nutrisi per 200 litter larutan. Pemberian nutrisi dilakukan setiap hari minimal 12 jam per hari untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi bagi tanaman setiap harinya.
Dilanjutkan dengan pengendalian
hama dan penyakit sebagai
langkah untuk melindungi keberlangsungan pertumbuhan tanaman. Pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan dengan cara mekanis yaitu dengan membuang hama atau
tanaman yang terkena penyakit.
BAB V
KESIMPULAN
Dengan demikian, cara penanaman vertikultur dapat menjadi salah satu alternatif
atau solusi untuk para petani khususnya para petani di perkotaan yang memiliki
kendala keterbatasan lahan. Selain dari segi pemanfaatan lahan, dari segi
ekonomi sistem vertikultur ini sangat menguntungkan, karena lebih menghemat
biaya pada saat produksi kedua dan selanjutnya serta lebih hemat air. Hasil
tanaman yang dibudidayakan juga berkualitas tinggi.
Sistem
penanaman secara vertikultur dapat dikembangkan lagi searah dengan perkembangan
teknologi saat ini. Seperti dengan media tanam yang baru dan bentuk bangunan
vertikultur yang lebih menarik dan menguntungkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Agus Andoko, 2004.
Budidaya Cabai Merah Secara Vertikultur Organik. Penebar Swadaya, Jakarta.
Rahmat Rukmana, 1994. Bertanam Selada & Andewi.
Saifudin Sarief, 1986. Ilmu Tanah Pertanian. Pustaka Buana, Bandung.
Sugeng Winarso, 2005. Kesuburan Tanah. Gava Media, Yogyakarta.
Vincent Gaspersz, 1991. Teknik Analisis Dalam Pengamatan
Percobaan. Tarsito, Bandung.
Zulkarnain, 2009.
Dasar-Dasar Hortikultura. Bumi
Aksara, Jakarta.
http://yuan.blog.uns.ac.id/2010/06/28/ngampuzz-entry/