Senin, 12 Maret 2012

vertikultur

 class=MsoNormal align=center style='text-align:center;line-height:150%'>
BAB I


PENDAHULUAN
1.1.Vertikultur
Pertanian secara luas artinya campur tangan manusia dalam mengolah sumber daya alam untuk diambil manfaatnya bagi kehidupan manusia.  Secara sempit, pertanian dapat dikatakan suatu siklus pengolahan (pembudidayaan) sumber daya alam oleh manusia khususnya dalam bidang pengolahan sumber daya tanaman.  Adapun bidang-bidang pertanian secara luas mencakup bidang pembudidayaan tanaman pangan, tanaman hortikultura (tanaman pekarangan), tanaman perkebunan, bidang kehutanan, bidang peternakan & bidang perikanan.  Pertanian bidang tanaman pangan dan hortikultura merupakan pembudidayaan jenis-jenis tanaman pangan (palawija) dan tanaman-tanaman hortikultura baik tanaman buah-buahan, tanaman hias, tanaman obat-obatan dan tanaman sayuran agar diperoleh hasil yang diinginkan sesuai jenis tanaman tersebut.
Tujuan dari pertanian ini ialah memenuhi kebutuhan manusia sehari-hari dengan tetap berpikir selektif dalam mengelola sumber daya alam yang ada.  Dalam pencapaian tujuan pertanian perlu adanya bekal pengetahuan dan keterampilan untuk menunjang keseluruhan proses budidaya tanaman diantaranya, persiapan lahan, persiapan benih atau bibit, penanaman, pemeliharaan tanaman serta pemanenan hasil pertanian.
Proses budidaya tanaman tersebut sangat menentukan baik buruknya suatu kualitas produk yang dihasilkan.  Semakin baik dalam proses budidaya tanaman maka produk yang dihasilkan semakin berkualitas dan begitu juga sebaliknya proses budidaya yang kurang baik akan mengakibatkan penurunan kualitas.  Baik buruknya kualitas sangat ditentukan oleh keadaan lahan penanaman, proses penanaman dan pemeliharaan.
Faktor yang mempengaruhi proses pertanian salah satunya adalah ketersediaan lahan.  Kendala pada saat ini dalam proses budidaya suatu jenis tanaman baik di lahan penanaman atau perkarangan rumah adalah terbatasnya lahan, terutama di perkotaan.  Umumnya lahan perkarangan yang tersedia di perkotaan hanya beberapa meter persegi.  Bahkan terkadang sisa lahan tersebut sudah habis terpakai untuk parkir kendaraan atau untuk meletakkan beberapa pot tanaman hias.
Vertikultur merupakan upaya pemanfaatan lahan sempit dengan seoptimal mungkin.  Selain pemanfaatan lahan yang sempit, teknik bercocok tanam secara vertikultur mampu menghasilkan tanaman yang berkualitas sesuai dengan kualitas pembudidayaan pada tanaman itu sendiri.  Sehingga teknik bercocok tanam secara vertikultur dapat direalisasikan dalam pertanian masa kini. Pada teknik ini tanaman ditanam secara bertingkat atau vertikal dengan bantuan media tanam berupa pipa paralon atau bahan-bahan lainnya yang tersedia dan mampu menunjang pertumbuhan tanaman ke arah samping.
Budidaya vertikultur hidroponik merupakan salah satu perkembangan teknologi budidaya pertanian cara hidroponik dengan membuat instalasi (vertikal) dengan perawatan otomatis. Teknik penanaman dengan cara ini merupakan inovasi dalam bidang pertanian yang mampu secara konsisten memproduksi tanaman dengan tidak bergantung pada tanah, dan cuaca.

1.2.      Sejarah Singkat Vertikultur
Vertikultur diserap dari bahasa Inggris yang berasal dari kata "vertical" dan "culture" yang artinya, teknik budidaya tanaman secara vertikal, sehingga penanamannya menggunakan sistem bertingkat.  Teknik ini berawal dari gagasan "vertical garden" yang dilontarkan oleh sebuah perusahaan benih di Swiss, sekitar tahun 1945 yang lalu.  Tujuan utama aplikasi teknik vertikultur adalah memanfaatkan lahan sempit seoptimal mungkin (Agus Andoko, 2004).


BAB II
JENIS TANAMAN YANG DAPAT DIBUDIDAYAKAN DENGAN VERTIKULTUR
Pada sistem budidaya vertikultur tidak semua jenis tanaman dapat dibudidayakan, namun terbatas pada tanaman yang bentuk dan ukurannya sesuai dengan media tanam.
Tanaman yang sesuai dibudidayakan dengan cara vertikultur adalah jenis tanaman sayur-sayuran, tanaman hias, dan tanaman obat-obatan yang memiliki perakaran yang dangkal dan memiliki berat yang relatif ringan sehingga tidak akan terlalu membebani media tanam vertikultur pada pertumbuhan tanaman tersebut.
Sebagai salah satu contoh tanaman sayuran yang dapat dibudidayakan secara vertikultur adalah tanaman selada (Lactuca sativa var.  Crispo) yang merupakan jenis sayuran daun. Tanaman selada memiliki karakteristik yang menunjang penanamannya dalam teknik vertikultur.  Tanaman selada memiliki sistem perakaran akar tunggang dan cabang-cabang akar yang menyebar ke semua arah tanaman pada kedalaman yang dangkal.  Batang tanaman selada berukuran pendek berbuku-buku tempat kedudukan daun sehingga beratnya juga tidak akan terlalu membebani media tanam.
Selada belum banyak membudaya pengembangannya, tetapi prospek ekonominya cukup cerah.  Permintaan komoditas selada terus meningkat, diantaranya dari pasar swalayan, restauran-restauran besar, ataupun hotel-hotel berbintang lima.  Selada berpotensi besar untuk dikembangkan di Indonesia karena disamping kondisi iklimnya cocok untuk tanaman selada, juga memberikan keuntungan yang memadai bagi pembudidayanya.  Seperti halnya sayuran daun lainnya selada umum dimakan mentah sebagai lalapan dan dibuat salad atau disajikan dalam berbagai masakan Eropa maupun Cina.  Selain sebagai bahan sayuran yang cita rasanya khas, selada mengandung gizi cukup tinggi, terutama sumber mineral.
Komposisi Gizi  Selada :
  • Kalori  15,00 kal
  • Protein 1,20 gr
  • Lemak 0,20 gr
  • Karbohidrat     2,90 gr
  • Kalsium           22,00 mg
  • Fosfor  25,00 mg
  • Zat Besi (Fe)   0,50 mg
  • Vitamin A       540,00 S.I
  • Vitamin B1     0,04 mg
  • Vitamin C       8,00 mg
  • Air       94,80 gr
Mengkonsumsi selada dan berfungsi ganda, yakni sebagai bahan pangan bergizi dan berguna untuk mendinginkan perut.  Hippocrates termasuk salah seorang yang menganjurkan selada sebagai makanan pemeliharaan kesehatan tubuh manusia.
  
BAB III
PRINSIP KERJA VERTIKULTUR
Prinsip kerja vertikultur dalam budidaya tanaman ini adalah dengan menyuplai air nutrisi melalui saluran pemasukan kemudian dialirkan ke atas bagian batang vertikal melalui nozel agar keluar berupa hembusan/curah. Air nutrisi kembali ke bagian bawah secara circel/berputar. Pengaturan jangka waktu aliran air dikendalikan oleh unit timer yang bekerja tanpa kenal lelah sepanjang hari selama berlangsungnya masa penanaman. Untuk memperkokoh tanaman, digunakan arang sekam yang berfungsi sebagai media tumbuh tanaman selain itu arang sekam juga berfungsi  untuk menetralisir racun. Namun karena arang sekam bersifat mudah terbawa oleh air, maka digunakan kasa parabola untuk menahan arang sekam tersebut.
Tanaman   menyerap makanan pada umumnya melalui akar karena itu nutrisi atau bahan gizi disediakan melalui air yang kemudian akan diserap oleh akar. Berbeda dengan pemupukan di dalam tanah, dimana tanah merupakan media tanam yang juga menjadi mediator reaksi kimia, dalam sistem vertikultur pupuk diformulasikan sebagai bahan jadi yang langsung terurai menjadi makanan akar.


BAB IV
TATACARA BUDIDAYA MENGGUNAKAN VERTIKULTUR
             
Pembuatan Instalasi Vertikultur
              Membuat instalasi vertikultur hidroponik  untuk ukuran dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan bahan yang tersedia, alat dan bahan yang diperlukan diantaranya:
§  Pipa PVC ukuran 4 inci
§  Gergaji Besi
§  Pipa PVC ukuran ¾ inci
Ploksock 4 inci
§  Letter L 4 inci
§  Pompa air 125 W
§  Letter T 4 inci
§  Unit timer 10 menit
§  Letter L ¾ inci
§  Bibit tanaman
§  Letter T ¾ inci           
§  Meteran
§  Water moor 1 inci
§  Kasa parabola
§  Stop keran
§  Arang sekam
§  Nozzle
§  Water moor ¾  inci
§  Lem paralon
§  Ploksock 1 inci ke ½ inci

              Pertama-tama buatlah potongan pipa PVC berukuran 4 inci sesuai dengan kebutuhan sebanyak beberapa buah. Potongan pipa PVC peruntukan media tanam tiang vertikal dibuatkan lubang-lubang diameter ¾ inci dengan jarak vertikal 12 cm setiap lingkaran 4 lubang untuk cincin dari pipa PVC diameter  ¾ inci untuk menyimpan tanaman. Kemudian sambungkan pada setiap Letter-L dan T sehingga membentuk bejana berhubungan. Lakukan pada mulut Letter-T yang menghadap ke atas untuk disambungkan dengan pipa PVC vertikal sebagai media tanam. Buat saluran pemasukan dari bawah menggunakan pipa PVC yang dihubungkan dengan unit pompa air listrik.

Persiapan Bibit
Bibit yang digunakan adalah bibit jenis tanaman yang memiliki perakaran yang dangkal dan memiliki berat yang relatif ringan yang telah cukup umur setelah semai dengan ukuran dan tinggi yang seragam.

Penanaman
Penanaman dilakukan serempak untuk mendapat pertumbuhan tanaman yang seragam. Penanaman pada teknik vertikultur disesuaikan dengan lubang tanam yang telah dibuat.  Benih yang telah diseleksi diambil dan dimasukan pada lubang bangunan vertikultur yang telah disiapkan berukuran ½ inci.

Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman dimulai dengan dilakukannya penyulaman bibit yang tumbuhnya terlambat atau mati. Penyulaman dilakukan pada umur 5 hari setelah tanam sampai 7 hari setelah tanam.  Penyulaman ini dilakukan agar mendapatkan keseragaman tumbuh tanaman.
Pemeliharaan selanjutnya yaitu pemupukan dan penyiraman  dengan foliar application (pupuk dilarutkan dalam air dan disuntikkan ke dalam media tumbuh tanaman) menggunakan nutrisi tanaman dengan dosis 1 kg nutrisi per 200 litter larutan.  Pemberian nutrisi dilakukan setiap hari minimal 12 jam per hari untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bagi tanaman setiap harinya.
Dilanjutkan dengan pengendalian hama dan  penyakit sebagai langkah untuk melindungi keberlangsungan pertumbuhan tanaman.  Pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan dengan cara mekanis yaitu dengan membuang hama atau tanaman yang terkena penyakit.


BAB V
KESIMPULAN
Dengan demikian, cara penanaman  vertikultur dapat menjadi salah satu alternatif atau solusi untuk para petani khususnya para petani di perkotaan yang memiliki kendala keterbatasan lahan. Selain dari segi pemanfaatan lahan, dari segi ekonomi sistem vertikultur ini sangat menguntungkan, karena lebih menghemat biaya pada saat produksi kedua dan selanjutnya serta lebih hemat air. Hasil tanaman yang dibudidayakan juga berkualitas tinggi.
            Sistem penanaman secara vertikultur dapat dikembangkan lagi searah dengan perkembangan teknologi saat ini. Seperti dengan media tanam yang baru dan bentuk bangunan vertikultur yang lebih menarik dan menguntungkan.

DAFTAR PUSTAKA
Agus Andoko, 2004.  Budidaya Cabai Merah Secara Vertikultur Organik.  Penebar Swadaya, Jakarta.
Rahmat Rukmana, 1994.  Bertanam Selada & Andewi.
Saifudin Sarief, 1986.  Ilmu Tanah PertanianPustaka Buana, Bandung.
Sugeng Winarso, 2005.  Kesuburan Tanah.  Gava Media, Yogyakarta.
Vincent Gaspersz, 1991.  Teknik Analisis Dalam Pengamatan Percobaan.  Tarsito, Bandung.
Zulkarnain, 2009.  Dasar-Dasar Hortikultura.  Bumi Aksara, Jakarta.
http://yuan.blog.uns.ac.id/2010/06/28/ngampuzz-entry/